S E L A M A T D A T A N G

Selasa, 19 November 2013

APALAGI YANG TERSISA DI NEGERI INI ?#


          Kecerdasan manusia merupakan pemberian dari yang Maha Kuasa untuk dapat disyukuri dan dipergunakan dengan bijak semasa hidupnya. Dari pandangan yang ada di Negara Indonesia sebetulnya manusianya memikili berbagai kecerdasan (IQ, SQ, dan EQ) yang yang tidak kalah dari manusia-manusia lain di seluruh dunia. Hal ini terbukti dengan adanya hasil penelitian yang menyebutkan bahwa dari nenek moyang orang-orang Indonesia dulu sudah memiliki akal yang luar biasa hebatnya, salah satunya bahwa nenek moyang jaman dulu sudah bisa membuat kapal layar dan sudah bisa menjelajahi belahan dunia. Salah satu hasil kapal layar buatan orang Indonesia pada jaman dulu ialah seperti kapal pinisi atau perahu pinisi.
Setiap orang Indonesia sebenarnya mempunyai otak yang cerdas, akan tetapi karena faktor kemiskinan dan ketidakadaan biaya untuk mengembangkan kepintarannya tersebut. Banyak anak-anak di Indonesia yang terlantar sekolahnya dan tidak dapat menyambung sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi yang disebabkan faktor biaya, semakin tinggi sekolah di Indonesia maka semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Seharusnya pemerintah sangat bertanggungjawab untuk memikirkan nasib generasi penerus mereka di masa yang akan datang.
          Orang-orang pintar di Indonesia juga seringkali terpinggirkan dan disia-siakan oleh pemerintah Indonesia karena tidak bisa mengolah dengan baik dan memanfaatkan dengan bijak untuk kebaikan dan kemajuan Negara Indonesia. Sebagai contoh yaitu Ir. Habibi yang mempunyai keahlian membuat pesawat terbang dengan kecerdasan yang dimilikinya, yang sekarang beliau ditarik oleh Negara Jerman dalam membuat pesawat. Contoh selanjutnya Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan ini sebenarnya mempunyai otak yang luar biasa cerdasnya karena dengan penghitungan beliau, beliau dapat mengatur kestabilan dan meningkatkan keuangan Negara, sekarang ini beliau ditarik ke salah satu Bank Dunia untuk menjabat di sana.
          Pendidikan sangatlah penting bagi semua anak baik itu dari golongan tinggi, menengah, maupun dari golongan rendah. Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, persaingan semakin kuat. Siapa yang cepat, dia yang dapat. Jaman sekarang tak bisa dipungkiri lagi bahwa segalanya butuh uang (jaman matrealistis). Kebohongan pun bisa ditutupi dengan uang, yang seharusnya kebohongan itu diungkap agar tidak akan ada lagi kebohongan ke depan. Kini kejujuran saat ini sudah memudar. Hakim saja bisa melakukan korupsi, hakim saja bisa disuap (Akil Muchtar). Apalagi yang mau diharapkan dari negeri ini? Pejabat tingginya saja korupsi, artinya mereka telah memperlihatkan atau mengajarkan hal yang tidak baik kepada yang di bawahnya. Seharusnya, seorang yang ada di atas memberikan contoh yang baik untuk orang-orang yang di bawahnya supaya mereka tetap berada di jalur yang benar. Namun sekarang, orang di bawah malah ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan orang di atas tanpa memikirkan akibatnya.
          Indonesia seharusnya malu pada negara lain. Indonesia merupakan negara kaya namun serakah para pejabat tingginya. Apakah mereka tidak malu dengan jas kebesaran mereka yang mereka bangga-banggakan tiap hari? Jas hitam yang melambangkan bahwa seseorang memiliki IQ yang tinggi, yang bisa diandalkan untuk memajukan negara ini. Tapi apa mau dikata, semuanya hanyalah sebuah hayalan. Karena tergiur dengan uang, uang bisa membuatnya kaya. Tergiur dengan jabatan, karena dengan jabatannya itu ia dengan mudah berkuasa sehingga kadang membuat orang lupa akan kulitnya. Begitu hebatnya pengaruh uang dan jabatan bagi diri seseorang. Dengan adanya uang dan jabatan, orang-orang lupa dengan Tuhannya dan seakan-akan dia hanya bertuhan kepada uang dan jabatan. Dan tidak heran para pejabat tinggi saat ini banyak yang berpenyakitan. Mereka selalu memikirkan kekayaan mereka, jabatan mereka. Dan tak tanggung-tanggungnya melakukan berbagai macam cara untuk mempertahankan semua yng dia punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar