S E L A M A T D A T A N G

Selasa, 22 Oktober 2013

PRA LEBARAN, TOROBULU MENJADI LAUTAN PENUMPANG#


Tepat pada tanggal 13 Oktober 2013 saya berangkat bersama teman-temanku (Tari, Nuzran, Citra, dan Hesty) untuk pulang kampung. Kami berangkat dari rumah menuju Torobulu mengendarai sebuah mobil Avanza (milik omnya Tari) pukul 07.00 wita dan tiba di Torobulu jam 10.15 wita. Ternyata di sana sudah panjang antrian dan mobil yang kami tumpangi mendapat nomor antrian 70. Kami semua mulai galisah karena antrian mobil 70 sudah pasti lama menunggu. Saya segera mengambil Hp dan menelpon kakakku yang katanya akan pulang kampung juga pada hari yang sama. Ternyata betul, dia saat itu sedang mengantri juga. Setelah fery ret kedua berangkat (pukul 11.00 wita)  kakakku datang dan menyuruhku membeli tiket agar saya ikut pulang kampung dengan dia. Saya segera diantar ke tempat pembelian tiket dan ternyata harus antri lagi. Setelah saya mendapatkan tiketnya, saya menuju ke teman-temanku dan minta ijin kalau saya harus ikut dan pulang kampung bersama kakakku. Mereka mengijinkan. Fery ret ketiga sudah sandar di pelabuhan Torobulu pukul 13.00. Semua sudah standby lagi di tempat masing-masing. Dan lagi-lagi baik mobil teman-temanku maupun motor kakakku tidak bisa masuk dalam kapal. Kami menunggu lagi fery selanjutnya. Begitu seterusnya sampai menjelang malam.
Kami pun segera tersadarkan dengan keadaan bahwa satu hari ini belum makan. Sembari menunggu fery selanjutnya kami menyempatkan diri untuk makan dulu sambil cerita-cerita dengan teman-teman. Ada yang sibuk telpon orangtua dan ada juga yang orangtuanya selalu menelpon karena kekhawatirannya terhadap anaknya yang dari pagi berangkat dan harus berlama-lama di Torobulu menunggu antrian.Hingga fery ret kelima sandar di pelabuhan Torobulu belum bisa juga kami masuk. Setelah  lama kami menunggu, akhirnya fery ret keenam tiba juga pada pukul 20.15. Kakakku segera menuju ke motornya dan Alhamdulalliah kami bisa masuk, kecuali mobil teman-temanku tidak bisa masuk karena yang diutamakan adalah yang pengendara motor dulu.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya kapal fery yang kami tumpangi tiba juga di pelabuhan Tampo. Perasaanku sangat legah, mungkin begitulah perasaan semua penumpang pada malam itu. Setelah keluar dari kapal, kami segera melambung dalam kegelapan bersama motor-motor yang lain.
(WA ODE MURNI ANA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar